Sprint vs. Sprint

Amir Syafrudin
PemerintahTangkas
Published in
2 min readApr 14, 2023

--

Sprint bukan sprint

Saya yakin semua praktisi Agile mengenal Scrum. Popularitas Scrum bahkan membuat sebagian orang berpikir bahwa Scrum adalah Agile. Siapa pun yang mengenal Scrum, pasti mengenal Sprint, yaitu periode waktu tertentu di mana tim pengembang bekerja untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan. Namun, ada satu hal yang perlu dicatat: Sprint di Scrum tidak sama dengan sprint dalam arti umum yang identik dengan kecepatan penuh.

Mengapa Sprint dalam Scrum tidak sama dengan sprint dalam kamus? Sprint dalam Scrum merupakan periode waktu yang telah diatur dengan baik untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang telah dipilih dari backlog produk. Sprint diisi dengan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan selama periode itu. Pekerjaan yang sudah selesai adalah sebuah increment, yaitu produk yang, walaupun belum lengkap, berpotensi untuk dirilis. Hal yang dikejar adalah kualitas, bukan kuantitas.

Hal itu berarti Sprint dalam Scrum bukan bekerja dengan kecepatan penuh. Alih-alih itu, fokusnya adalah pada mengerjakan pekerjaan yang dapat diselesaikan selama periode waktu yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk yang berfungsi sesuai kebutuhan riil dan berkualitas tinggi. Cara kerja itu memungkinkan tim untuk bekerja dengan fokus dan menghindari pekerjaan yang tidak penting. Sekali lagi, bukan kuantitas, tapi kualitas.

Mari kita ambil contoh. Pertimbangkan seorang mahasiswa yang memiliki banyak pekerjaan rumah untuk dikerjakan selama liburan akhir semester. Bila dia memutuskan untuk bekerja dengan kecepatan penuh, dia mungkin akan memilih untuk menyelesaikan sebanyak mungkin pekerjaan rumah selama satu hari. Dia akan terus bekerja tanpa henti hingga ia merasa sangat lelah. Hal itu menimbulkan risiko hasil kerjanya tidak terlalu bagus karena ia tidak memberikan fokus yang cukup pada setiap tugas dan juga terlalu lelah untuk berpikir secara kreatif. Ini adalah contoh dari sprint dalam arti umum.

Di sisi lain, bila mahasiswa tersebut menerapkan konsep Sprint dalam Scrum, dia akan memilih beberapa tugas yang harus diselesaikan selama liburan akhir semester. Dia akan bekerja pada tugas-tugas tersebut dengan fokus selama satu atau dua jam, kemudian istirahat selama 10–15 menit sebelum kembali bekerja. Dia akan terus melakukan ini sampai semua tugas yang dipilih selesai. Dengan cara ini, mahasiswa tersebut dapat memberikan fokus yang cukup pada setiap tugas dan dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas.

Jadi, Sprint dalam Scrum bukanlah tentang bekerja dengan kecepatan penuh seperti dalam arti umum dari kata sprint. Kuncinya adalah fokus. Hal yang dikejar dalam Sprint adalah kualitas dengan kuantitas sesuai kapasitas. Sprint membantu tim untuk bekerja dengan fokus pada pekerjaan yang paling penting dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dalam periode waktu yang ditetapkan.

--

--

Amir Syafrudin
PemerintahTangkas

Praktisi Agile. Perintis Rinkas (Pemerintah Tangkas). Penulis buku ASN Juga Bisa Agile dan Prakom Tidak Bisa Agile.